Rabu, 02 Maret 2011


.     Sejarah Yumeiho di Indonesia

Sebelum perang dunia kedua (1945), seorang pemuda berusia 16 th yang bernama Shuichi Ohno, begitu tertarik dengan seni bela diri Shaolin. Karena ketertarikan tersebut  Shuichi Ohno datang ke Tiongkok. Selama di Tiongkok, beliau mempelajari terapi relokada yang merupakan bagian dari seni bela diri Shaolin. Beliau juga mempelajari berbagai terapi rakyat yang meletakkan dasar pembetulan tulang pinggul dengan menggabungkan dengan terapi relokada.

Masayuki Saionji (peletak dasar Terapi Yumeiho) sangat tertarik dengan metode dan penyembuhan Shuichi Ohno yang mengagumkan. Maka, masa muda Masayuki Saionji ia gunakan membaktikan diri  mempelajari terapi yang dilakukan oleh Suchi Ohno. Kemudian Masayuki Saionji  mengatur kembali dan mensistematisasi metode-metode yang telah ia pelajari lebih dar 20 tahun. Atas persetujuan sang guru (yaitu Shuici Ohno), Masayuki Saionji  menamakan terapinya dengan nama terapi YUMEIHO yang berdasar pada terapi Thionghoa “Zeng ti Fa” (penyembuhan menyeluruh).

Sekitar tahun 2000, Masayuki Saionji memperkenalkan  dan memberi pelatihan terapi Yumeiho kepada para dokter di Rumah Sakit Palang Merah Bogor. Dalam pelatihan tersebut, Masayuki Saionji menggunakan bahasa Esparanto, waktu itu yang menjadi penerjemah adalah Mr Riyanto teman sesama kaum esperantis Masayuki Saionji.

Atas jasa kaum esparantis inilah terapi Yumeiho dikenal dan digemari di seluruh dunia.

Adapun naskah asli terapi Yumeiho juga ditulis dalam bahasa Esperanto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh tuan Teng Han I atau Tn Wibisono. Atas jasa besar tn Teng Han I inilah terapi Yumeiho ini saya kembangkan di Indonesia.

Telah beberapa kali saya mengunjungi tn Riyanto di Bogor dan telah beberapa kali saya ketemu dengan tuan Teng Han I. Saya juga telah menemui dokter gigi Dani Yusuf (yang juga telah mengikuti pelatihan langsung dengan Masayuki Saionji) di rumah sakit Palang Merah Bogor. Kepada mereka semua telah saya tunjukkan terapi Yumeiho yang telah saya pelajari dari buku terapi Yumeiho terjemahan Tn Teng Han I.

Saat ini, terapi Yumeiho semakin digemari dan dikenal di beberapa daerah di Indonesia. Ini terjadi karena telah banyak yang merasakan terapi yumeiho dan mendapat kesembuhan spektakuler.

 III.    Tulang Belakang dan Sistem Saraf

A. Tulang belakang
Tulang belakang, yang juga disebut spina adalah penyangga utama seluruh tubuh.  Tulang belakang terbentuk dari serangkaian tulang yang “sangat teratur” yang saling terpisah yang disebut vertebra. Seluruhnya ada 26 vertebra, yang terbagi menjadi 3 bagian.

 Pertama, Vertebra Cervikal (vertebrae cervicales) yang terdiri dari 7 vertebra. Vertebra cervikal berada  pada puncak tulang belakang.
Pada celah-celah vertebra cervikal ini secara teratur muncul pleksus cervical (anyaman saraf-saraf leher).
Dislokasi pada vertebra cervikal ini bisa menimbulkan masalah-masalah tidur, tekanan darah, sakit kepala, ingatan, keletihan, pusing, sinus, alergi, gangguan mata dan telinga, ingatan, adenoid, batuk, tonsil, otot leher kaku, tiroid, masalah sendi bahu, radang sendi, belikat, mual dan sakit kepala.

Kedua, Vertebra Torakal (vertebrae thoracales).
Terdiri dari 12 vertebra. Vertebra torakal ini, bila dibanding vertebra cervikal, lebih besar.  Pada vertebra torakal ini menempel tulang iga (costa).
Pada celah-celah vertebra torakal ini muncul pleksus thoracales (anyaman saraf punggung). 
Dislokasi pada vertebra torakal ini akan menyebabkan masalah-masalah: asma, gangguan pernafasan, bahu, lengan, jantung, organ kawasan dada, bronchitis, gangguan empedu, hepatitis, masalah peredaran darah, perut, pencernaan, saraf, gastric, limfatik, darah rendah, alergen, keletihan, nefritis, ginjal, kulit,  rematik dll.

Ketiga, Vertebra Lumbar / lumbal (Vertebrae lumbales, ruas-ruas tulang belakang pinggang).
Terdiri dari  5 vertebra lumbal. Vertebra lumbal adalah yang paling berat dari semua vertebra dan memikul sebagian besar dari berat badan kita.
Pada celah-celah vertebra lumbal ini muncul plexus lumbosacralis (pleksus lumbosakral atau anyaman saraf pinggang dan kelangkang).
Dislokasi pada vertebra lumbal ini akan menyebabkan masalah-masalah usus besar, kejang betis, pembuluh dan edaran darah, gangguan kencing, lemah tenaga, ketidaknormalan haid, keputihan, sciatica, kejang dll.

Di bawah seluruh vertebra tersebut ada tulang kelangkang (os sacrum) dan tulang tungging (os coccyx).

Di depan sebuah vertebra ada bentuk bulat dan padat  yang disebut korpus, dan di  belakangya  terdapat saluran tulang. Pada saluran itu ada sirip tulang yang disebut prosesus (neural spine) tempat otot-otot melekat. Saluran tulang dari semua vertebra itu menyatu menjadi kanal yang dilewati korda spinal  atau sumsum belakang. Korda spinal itu menjulur dari otak turun  ke sebagian besar tulang belakang, dan saraf dari korda spinal berhubungan dengan setiap bagian korpus itu. Setiap vertebra terpisah dari tulang berikutnya  oleh sebuah cakram kartilago sehingga tulang-tulang tidak bergesekan satu sama lain.